saya, IPS, dan Indonesia

G : pakar geografi
E : ekonom
S : sosiolog
Se : sejarawan
A : akuntan
B : orang awam / biasa

B : eh makan mie ayam yuu
A : boleh, asal jangan lupa, harus balance antara harta dan hutang
E : ayoo saya sudah lapar. Kita makan yang banyak ya, walaupun nilai guna mie itu akan berkurang setelah saya makan satu mangkuk
G : hmm, makin banyak ya penjual mie di kota ini. Ini pasti dampak dari urbanisasi, dan karena saya sedang lapar, saya anggap ini dampak positif karena dapat memenuhi rasa kenyang saya
Se : kalau menurut saya, mie itu bukan dampak urbanisasi tapi dampak migrasi orang Cina ke Indonesia karena mie pertama kali dibuat di Cina
S : inilah orang Indonesia mau makan aja lama

B : eh pinjem hp doonggg
E : enak saja, nabung gihh. Pasti punya tabungan kan di bank, yang pastinya bank umum. Kalau take home pay kamu kecil, kredit saja, toh sedang tidak ada inflasi jadi kredit tidak dibatasi oleh Bank Indonesia selaku bank sentral. Nih saya kasih cek. Karena ini bukan cek kosong, nanti kamu harus mengembalikan dengan membelikan saya mie ayam ya.
A : nih, tapi nanti saya harus catat di jurnal pengeluaran kas saya dulu, lalu nanti saya masukan buku besar, baru saya masukkan ke AJP, baru kamu bisa pinjam, oke ! Nanti saya ilangin deh buku besarnya jadi lebih cepet kamu minjemnya, cuma saya juga dibeliin mie babi ya.
G : Menurut Thomas Robert Malthus pertumbuhan penduduk seperti deret ukur, menurut teori saya, pertumbuhan penggunaan HP adalah 2x atau sama dengan deret ukur. Artinya, kamu bisa meminjam ke hampir semua orang yang ada di dekatmu. Sebenarnya pulsa saya tinggal sedikit, sedikit populasi di Papua sana, tapi saya akan pinjamkan dengan ganti 2 piring mie ayam.
Se : Aneh - aneh aja sekarang pake handphone, pake daun lontar juga bisa, tinggal ambil merpati, tulis di daun lontar pakai tinta, selesai semuanya. Dasar anak muda, sok banget. Saya juga punya sih, tapi hanya untuk mengikuti perkembangan zaman saja. Mmm kamu mau pinjam hp saya atau merpati saya ? Dua-duanya boleh kok, tapi nanti saya dapet mie ayam baso pangsit ya.
S : dasar orang Indo baru baik kalo ada maunya ( saya juga mau mie dong )

B : eh tolong ambilin sumpit dan sambel dong
A : hey BANG ambilkan sumpit dan sambal ya, sumpitnya yang kayu dan panjangnya harus sama agar balance, dan sambalnya ditaruh di atas piring kecil agar pembeliannya sesuai dengan sumpit. Kalau tidak sesuai, pusing saya di AJP nanti, saya harus ulang lagi di jurnal kalau saya salah.
E : hey BANG, kau utang aku dua tahun yang lalu sebesar 50 ribu, sekarang kau kembalikan itu sebesar 5 ribu dengan mengambilkan temanku ini sumpit dan sambel. Ini ibaratnya kamu kena kredit macet dan aku menyita rumahmu sebagai jaminan, ayo cepat !
G : hey BANG, aku tau kamu dari Cipanas sana kan, dan saya tahu kamu punya usaha ubi Cipanas ilegal di Jakarta. Pasti ubi itu kau campur dengan zat lain sehingga tampak luarnya bagus, padahal jelas - jelas tekstur tanah dan iklim di Cipanas jauh berbeda dengan Jakarta, seharusnya ubi bapak tidak tumbuh alias mati. Saya tidak akan melaporkan itu ke polisi asal Anda ambilkan sumpit dan sambel yang banyak buat saya dan teman saya di sini.
Se : hey BANG, saya seorang sejarawan, dan saya tahu banyak hal, saya tahu semua tentang Anda, dan saya bisa tahu lebih tentang itu, saya bahkan tahu merek baju Anda yaitu pre-polo, saya tahu itu baju yang dicari pemerintah Jerman sejak tahun 1111 dan Anda melakukan tindak kriminal karena mencurinya, saya hebat bukan, dan saya tahu apa yang Anda pikirkan, bahwa saya sedang berbohong, Anda bahkan tidak tahu apa yang saya ucapkan, saya juga tidak, yang penting saya sejarahwan, dan kalau Anda tidak mengambilkan sumpit dan sambel, saya akan .......... mengambil sumpit dan sambel itu sendiri ...... agar Anda takut saya akan membawa baju Anda juga untuk penelitian lebih lanjut.
S : dasar orang Indonesia, sesuatu yang bisa dipermudah malah dipersulit, hey BANG sumpit dan sambal ya !