Thursday, October 22, 2009

Layu Sebelum Berkembang

"Ohh....Tuhan...dahsyat! Nikmat sekali! Heroin murni memang hebat."
"Dan kau sayang, membuatnya lebih hebat lagi."
"Aku senang mendengarnya."
"Hmmm.... Kenikmatan yang akan terasa sampai mati."
"Ya, sampai mati."
"Katakan, Dokter, kau pernah membunuh seseorang?"
"Ya, pernah."
"Ohohohohoho.... Aku suka wanita perkasa."
"Jelas tergambar di wajahmu."
"Begitu? Jeli sekali, Dokter."

Rinto terus berada di puncak awang-awang.
"Kau betul-betul tahu bagaimana caranya membahagiakan seorang pria."
"Hanya untukmu saja," jawab Alika.

Dia beralih pada mangkuk besi kecil di atas meja ruang tengah, memanaskannya dan memperhatikan buih yang bermunculan pada sisi mangkuk itu .
"Mau apalagi kau?"
"Membuatmu merasakan surga. Kau mau, kan?"
"Ohhh... tentu saja, surga. Kupikir aku tidak akan pernah merasakannya."
"Inilah surgamu."

Alika menyuntikkan satu dosis lagi melalui pergelangan tangan Rinto yang segera membuatnya mengejang nikmat ketika cairan putih itu menelusuri tubuhnya.
Alika duduk di pangkuan Rinto dan mulai berbisik di telinganya.
"Kau ingin yang lebih hebat?"
"Oh, yeah... jelas. Berikan padaku apa pun yang kau punya sayang."
"Oke."

Alika mengisi satu suntikan lagi dengan heroin. Sementara Rinto masih terus di awang-awang merasakan surganya.
"Kau tadi bertanya apa aku pernah membunuh orang?"
"Ya."
Suara Alika membuatnya terangsang.
"Kau ingin tau siapa saja?"
"Ya," Rinto mengejang penuh kenikmatan.
"Beno Martin."
"Ah... orang itu sudah tidak lagi berguna untukku. Dia ingin hidup bersih katanya."
"Eben Lumaris."
"Ahh... setan itu menyepelekan perintahku."
"Omar Tahir."
"Cih! Rubah sialan itu hampir saja mencuri seluruh kekayaanku."
"Sugondo."
"Kalau dia tidak gila, dia akan jadi mesin pembunuhku yang paling sempurna."
"Begitukah?"
"Ya."
"Aku membunuh mereka semua. Aku yang membunuh mereka kau percaya itu?"
....
Alika membelai bagian tulang belakang Rinto di lehernya, mencari titik yang tepat. Titik yang selama ini dipelajarinya dengan baik.

Alika membelainya dengan jari-jarinya yang tertutup sarung tangan dari kulit lembut, mengirimkan sinyal-sinyal rangsangan ke bagian tubuh Rinto yang paling intim. Membuatnya tergetar penuh nafsu. Ujung jarum memasuki kulit leher Rinto, tapi belum sampai menyentuh tulang lehernya Alika terhenti sebentar. Dia hanya ingin menyaksikan detik-detik terakkhir memilukan dari seorang pria bernama Rinto. Lelaki tua bangka itu akan mati di tempat ini sendiri.
Tanpa keluarga.
Tanpa teman.
Tanpa anak buah.
Sendirian dan dalam keadaan yang menyedihkan.
Mabuk heroin.
Mabuk gadis.
Menyedihkan.

"Satu lagi."
"Cepat katakan apa itu!"
"Kau mengenal Laksmini, kan? Heh, Tuan?"

Alika mengambil ponselnya dari kolong ranjang. Dia usdah mempersiapkan semuanya. Menekan fasilitas MP3 Player dari ponselnya, dan memperdengarkan sebuah lagu kepada Rinto.
"Hatiku hancur mengenang dikau, Berkeping-keping jadinya. Kini air mata jatuh bercucuran. Tiada lagi harapan."

"Kau pasti mengenal lagu ini, kan?"
Rinto terdiam, tubuhnya terlihat tegang.
"Aku putri Laksmini... putri Handoko. Putri sahabatmu, Tom. Putri dari Handoko Suryopranoto."
"Kamu..."
"Kita bertemu di neraka nanti... Tuan Rinto Kusumoatmodjo."

Jarum suntik berisi heroin itu masuk ke dalam syaraf di belakang tulang leher, medulla oblongata, tanpa rasa sakit. Dan dengan cepat cairang heroin itu masuk ke dalamnya. Tanpa perlawanan Rinto mati seketika.

Alika jatuh terduduk.
Merasa lelah.
Lunglai.
Entah apa lagi, yang bisa dilakukannya hanya menangis.
Bayangan akan kedua orang tuanya kembali hadir dalam ingatannya, membuatnya terluka sekaligus lega.
"Sudah usai Ayah, dia sudah mati."
"Bu... sudah terbalas harga dirimu yang hncur itu, Bu"

Alika menangis.
Rinto sudah mati.
Dengan tangannya sendiri.
"...Mengapa ini harus terjadi di tengah kebahagiaan. Kuingin rasakan lebih lama lagi hidup bersama denganmu... ."

Dan lagu itu berakhir.



Diambil dari novel : Hujan ( Thee & Rien ). Katanya sih novel suspense. Tadinya ga percaya, taunya pas baca ketagihan. I know this is a-bit-out-of-mind, tapi cara ngebunuhnya bener - bener bagus banget, bisa ya orang indo kayak gitu. Kalo semua orang indo kayak gitu, bentar lagi alat-alat polisi kita kayak di CSI gitu deh hehe.

No comments:

botle.in.the.botle

Blog Widget by LinkWithin